1. kerajaan mataram islam
Kerajaan mataram islam didirikan
oleh sutawijaya (panembahan senopati) setelah menerima kekuasaan dari pangeran
Bewono (putra sulta hadiwijaya) dari pajang. Untuk membenahi kerajaan,
Panembahan Senopati mulai melancarkan perluasan kedaerah timur dan kedaerah
pesisir.
Mataram mencapai kebesaran pada masa
pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Masa pemerintahannya dibagi menjadi
dua periode, yakni :
a. Masa
penyatuan negara, yang dilakukan dengan mengadakan ekspansi ke barat dan ke timur
b. Masa
pembangunan negara.
Usaha
yang dilakukan pada masa ini antara lain:
1) Mempertahankan
Mataram sebagai negara maritim
2) Mempertahankan
Mataram sebagai negara agrasis
3) Menciptakan
sistem feodal
4) Memunculkan
kebudayaan kajawen yang merupakan akulturasi kebudayaan asli, Hindu, Budha dan
Islam
5) Diberlakukannya
tarikh Islam yang berdasarkan peredaran bulan
6) Diterbitkannya
kitab sastra dan filsafat; antara lain: Sastra Gending, Nitisastra, dan
Astabrata.
Tata
pemerintahan Mataram dibagi dalam beberapa wilayah. Dalam melaksanakan
pemerintahannya, raja dibantu pejabat-pejabat, antara lain: Patih, Wedana, dan
Tumenggung.
Setelah
Sultan Agung wafat (1645), Mataram mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan
oleh pemberontakan dan perang saudara dalam rangka perebutan kekuasaan.
Pemberontakan yang terjadi antara lain: pemberontakan Trunojoyo, pemberontakan
pangeran kajoran, dan pemberontakan pacinan. Puncaknya yakni perlawanan yang
ditimbulkan dari Raden mas said dan pangeran mangkubumi.
Akibat
perlawanan ini, maka berdasarkan perjanjian giyanti, kerajaan Mataram di bagi
menjadi dua, yakni kasunanan surakarta dan kasultanan yogyakarta.
semester 2:
1.
Trilogi Politik
Etis
Isi Politik etis, sebagaimana yang dikemukakan Van Deventer merupakan
Trilogi, yaitu irigasi (pengairan), emigrasi / transmigrasi (perpindahan
penduduk dari satu pulau kepulau yang lain), dan edukasi (pendidikan).
Politik balas
budi yang dicerminkan dalam trilogi Politik Etis itu, menuru Van Deventer
dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Rakyat Indonesia hidup
bertani, pemerintah Belanda harus membangun sarana irigasi.
b. Rakyat Indonesia masih
terbelakang, maka pemerintah harus menyebarluaskan penyelenggaraan pendidikan.
c. Sehubungan dengan
diberlakukannya Undang-Undang Agraria tahun 1870, rakyat Indonesia tidak
leluasa lagi memperluas lahan pertaniannya di Jawa, karena itu pemerintah harus
menyelenggarakan program ransmigrasi dari Jawa ke luar Jawa.
Sejak itu pemerintah Belanda
memperogramkan penyebarluasan pendidikan, membangun sarana irigasi, dan tahun
1905 sejumlah orang Jawa dipindahkan keluar Jawa, antara lain ke Lampung dan
Deli, Sumatra Timur.
Sebenarnya gagasan Politik Etis yang
dicetuskan oleh Van Deventer sangat ideal. Apalagi dengan adanya prinsip
mewujudkan kesejahteraan di Indonesia. Namun pada prakteknya dilapangan,
penyelenggaraan Politik Etis diselewengkan oleh pemerintah Belanda seiring
dengan kepentingan kolonial Belanda di Indonesia. Penyelewengan itu sebagai
berikut :
a. Pendidikan yang dilaksanakan
hanyalah pendidikan tingkat rendah, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
akan pegawai rendahan, mandor-mandor atau peleyan-pelayan yang bisa membaca.
Memeng kemudian dibuka sekolah-sekolah menengah, tetapi kebanyakan orang
pribumi tidak mampu menikmatinya karena biayanya mahal.
b. Irigasi hanya dibangun
didaerah-daerah yang terdapat perkebunan milik Belanda,dan
c. Transmigrasi ke luar Jawa,
khususnya di Sumatera, hanya dimaksudkan untuk mempermudah pengusaha-pengusaha
Barat di luar Jawa memperoleh tenaga kerja.
Dengan demikian Politik Etis yang dilancarkan Van Deventer gagal dalam praktik
dilapangan karena pemerintah Belanda tidak memiliki itikad baik untuk
menyejahterakan pribumi.
2.
Edukasi dan
masa depan Indonesia
Politik Etis yang dicetuskan kaum etis dalam prakteknya telah
diselewengkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Tetapi bangsa Indonesia tetap
memperoleh keuntungan. Program edukasi yang dilaksanakan oleh Belanda mampu
menumbuhkan golongan terpelajar di Indonesia.
Begitu program Politik Etis mulai dilaksanakan, dibukalah
sekolah-sekolah. Untuk anak-anak bumi putera kalangan bawah didirikan Sekolah
Dasar Bumi Putra kelas dua (de Tweede Klasse), sekolah yang lama pendidikannya
lima tahun ini biayanya sangat mahal. Untuk anak bumi putra kelas menengah
didirikan Sekolah Dasar Bumi Putra Kelas Satu (de Eerste Klasse), sekolah ini lama
pendidikannya juga lima tahun. Namun, karena Van Heutsz dinilai kurang bermutu
dalam bahasa Belanda, maka masa belajarnya diangkat menjadi enam tahun. Untuk
anak Eropa didirikan sekolah khusus, yaitu ELS (Europese Lagere School).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar